Rabu, 21 Desember 2011

Untukmu...

Bersabarlah wahai tawanan, karena engkau ...

adalah matahari yang diperlukan oleh bunga

Tetap maju meskipun terbelenggu ...

dan jadi pelopor meski terhalang batu

Engkaulah pemberontak dan kau ...

seperti api menyala di era perbudakan

Engkaulah pemberani yang memimpin elang...

dalam penjara para pengkhianat

Aku tahu kau lelah ...

 tapi kau adalah singa pemberani

Aku tahu kau letih ...

tapi kau adalah harapan yang besar

Aku tahu kau sedang lemah...

tapi kau adalah bulan yang bercahaya

Aku tahu kau sangat yakin ...

bahwa kemenangan adalah bagi orang yang sabar

Kami dikelilingi oleh hal yang kecil...

dan engkau menghadapi yang besar

Maka bergembiralah dengan penjaramu dan...

peganglah pedang penghancur untuk orang kafir

Engkau memperlihatkan tekad kuat sementara ...

orang-orang yang hina tidur dalam angan-angan

Waktu berhenti di depan penjaramu ...

merasa takjub dengan darah yang telah terkorban

Minggu, 11 Desember 2011

Renungan Akhir Pekan

“Nothing changes if you don’t start making a change.”
Ya. Sebuah kalimat yang kuramu dari kalam ALLAH Yang Maha Benar dan Maha Mengetahui, Maha Menguasai Hati, “…Sesungguhnya ALLAH tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu mengubah apa yang ada dalam diri mereka sendiri…” (QS. Ar Ra’d : 11)
Saudaraku, pernahkah kita merasa dikasari, dibohongi, dijahati, orang-orang seperti tak suka kita senang.?  Merasa kita teramat sial merasa tidak ada yang peduli dengan kita.? Sepi, sendiri, dan menyendiri sambil gigit jari di sudut lemari? Merasa semua sudah hilang dan pergi.? Dan tak ada satu orang pun mengulurkan jemarinya.?
Pernahkah kita merasa terus gagal, tidak pernah bisa meraih walau hanya setitik senyum keberhasilan? Seakan-akan tak ada satupun alasan bagi kita untuk bersyukur? Kitalah satu-satunya makhluk yang tidak pernah merasakan buah dari pohon sabar dan ikhtiar? Apakah hanya kita pula lah satu-satunya makhluk yang terus mengucurkan air mata kegagalan.?
Dalam hidup ini, kita tidak bisa hanya mengisinya dengan harapan tok. Tidak bisa hanya berkhayal, bermimpi dan bermimpi. Setinggi bulan dan sebesar matahari. Tapi, ketiadaan asa membuat mimpi itu menenggelamkan kita pada khayalan palsu yang memabukkan.
hidup ini tak seperti di negeri dongeng. Apa yang kita mau akan terjadi, apa yang kita pingin akan kita raih. Tidak, tidak begitu. Kita boleh bermimpi, tapi pertama pandanglah diri ini. Bercerminlah. Pantas tidaknya kita, itulah yang seharusnya memompa semangat kita untuk memperbaiki diri, melakukan perubahan hingga kita sampai pada posisi yang kita citakan.
Inget kan sama Hukum Newton III: Reaksi = (-) Aksi *mentang2 sekarang lg blajar hukum newton* :D . Besarnya reaksi akan sama besar dengan aksi, tapi arahnya berlawanan. Maksudnya begini, ingin makan apel.? Beli/tanamlah. Seenak apa rasa apel yang kita mau.? Tergantung rajinnya kita menyiraminya, atau apel apa yang kita beli. Jadi, bila kita baik, insya ALLAH kebaikan akan datang. Dan bila kita mau berubah, insya ALLAH perubahan akan terjadi. Bila kita mau semangat, tidak ada istilah “tenggelam dalam kesedihan” 
Aku menyadari sesuatu, banyak manusia, termasuk dulu, aku mengharapkan kebaikan terjadi. Tapi ups, tunggu dulu, pada tempatnya kah harapan itu..? Sudahkah kita berubah, melakukan kebaikan sebelum mengharapkan hal yang sama.? Kita menginginkan pujian padahal tak sekalipun kita belajar menghargai? Mengharapkan tawa padahal tersenyum saja rasanya enggan? Mengharapkan perubahan terjadi padahal tak ada usaha untuk berubah? Pantas? Tidak kawan!
sesuatu terjadi sehingga aku memilih berubah, memilih semangat menjalani hidup. Memang tak banyak sih, tapi aku berani mengatakan aku mulai melakukan   dalam mendidik diri.
Ya. Tidak ada pilihan, semangat besar lah yang harus kita punya untuk meraih impian. Semangat untuk berubah dan perubahan semangat. Tidak ada jaminan keberhasilan memang, bila kita berusaha sekuat tenaga, tapi bila kita terus bersedih dan hilang asa maka itulah jaminan kegagalan. Bila dari hati dan bara semangat pun sudah tak salah, aku hanya bisa mengutip, “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al Insyirah : 6) Dan, “Sesungguhnya pertolongan ALLAH itu sangaaat dekat.” (QS. Al Baqarah : 214)
Selama kita bersabar, tetap semangat, mau berkorban untuk sebuah perubahan, insya ALLAH akan datang pertolongan ALLAHALLAH ridho, itu sudah cukup. 

Ingin perubahan? Berubahlah. Tapi saat sudah ada usaha kita, jangan heran jika Jawaban Sang Maha Cinta akan jauh dari jangkauan imajinasi kita.
If you’ve tried to change, but still nothing changed, then it wasn’t your fault anymore.

Kamis, 08 Desember 2011

Fatwa menutup wajah bagi wanita.. hmmm,,

 Di masa awal Islam, hijab belum diwajibkan kepada wanita. Saat itu, wanita menampakkan wajah dan telapak tangannya pada kaum laki-laki, kemudian Allah mensyari’atlkan hijab kepada kaum kaum wanita dan mewajibkannya untuk menjaga dan memelihara wanita dari pandangan kaum laki-laki yang bukan mahram dan untuk mencegah timbulnya fitnah. Perintah ini berlaku setelah turunnya ayat hijab, yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Ahzab.

“Artinya : Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka” [Al-ahzab : 53]

Walaupun ayat ini diturunkan mengenai para isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun maksudnya adalah mereka dan wanita lainnya karena keumuman alasan yang disebutkan itu dan cakupan maknanya. Dalam ayat lain Allah berfirman.

“Artinya : Hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat dan ta’atilah Allah dan RasulNya” [Al-Ahzab : 33]

Ayat ini mencakup para isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan wanita lainnya, seperti halnya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat lainnya.

“Artinya : Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min. ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [Al-Ahzab : 59]

Selain ini, Allah pun menurunkan dua ayat lainnya dalam surat An-Nur, yaitu :

“Artinya : Katakanlah kepda laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya’. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka ….” [An-Nur : 30-31]

Yang dimaksud dengan ‘perhiasan’ di sini adalah keindahan dan daya tarik, yang mana wajah adalah yang paling utamanya. Sedangkan yang dimaksud dengan : “kecuali yang (biasa) nampak dari mereka” [An-Nur : 31] adalah pakaian. Demikian pendapat yang benar di antara dua pendapat ulama, sebagaimana yang dikatakan oleh sahabat yang mulia, Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu yang berdalih dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Artinya : Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” [An-Nur : 60]

Segi pendalilan dari ayat ini menunjukkan kewajiban berhijabnya wanita, yaitu menutup wajah dan seluruh badannya dari laki-laki yang bukan mahram : Namun Allah tidak menganggap berdosa pada wanita-wanita tua yang telah menapouse yang tidak mempunyai keinginan untuk menikah lagi, asalkan tidak bersolek dengan perhiasan.

Dengan demikain dapat disimpulkan, bahwa para wanita muda wajib berhijab, dan mereka berdosa bila meninggalkan kewajiban ini. Begitu pula para wanita tua yang berdandan (bersolek) dengan perhiasan, mereka tetap harus berhijab karena mereka itu juga fitnah. Kemudian di akhir ayat tadi Allah menyatakan, bahwa berlaku sopannya para wanita tua dengan tidak berdandan adalah lebih baik bagi mereka. Demikian ini karena lebih menjauhkan mereka dari fitnah. Telah diriwayatkan secara pasti dari Aisyah dan Asma Radhiyallahu ‘anhuma, saudarinya, yang menunjukkan wajibnya wanita menutup wajah terhadap laki-laki yang bukan mahram, walaupun sedang melaksanakan ihram, sebagaimana diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu ‘anhu yang disebutkan dalam Ash-Shahihain, yang menunjukkan bahwa terbukanya wajah wanita hanya pada masa awal Islam kemudian dihapus dengan turunnya ayat hijab. Dengan demikian diketahui, bahwa berhijabnya wanita adalah perkara yang sudah lama ada, sejak nasa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkannya, jadi bukan dari aturan masa Turki.

Adapun mengenai ikut sertanya kaum wanita di beberapa pekerjaan pada masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti ; mengobati orang-orang yang terluka dan yang sakit pada saat jihad, dan sebagainya, adalah benar, tetapi dengan tetap berhijab, memelihara diri dan jauh dari faktor-faktor yang menimbulkan karaguan, sebagaimana dikatakan oleh Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘anha, “Kami berperang bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami memberi minum orang-orang yang terluka, membawakan air dan mengobati yang sakit”. Begitulah pekerjaan mereka, tidak seperti pekerjaan kaum wanita zaman sekarang di banyak negara yang mengaku penduduknya Islam, sementara wanitanya bercampur baur dengan kaum laki-laki diberbagai bidang pekerjaan dengan berdandan dan bersolek.

Akibatnya merajalelanya kenistaan, hancurnya keluarga dan porak porandanya masyarakat. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah yang Mahatinggi lagi Mahaagung. 

Semoga Allah menunjuki aku serta semua saudara-saudara ku kepada ilmu yang bermanfaat dan mengamalkannya. Sesungguhnya Dialah sebaik-baik tempat meminta.
Ya Rabb,, semoga hamba mampu menunaikan semua ini.. aamiin,,

Kamis, 01 Desember 2011

aku rindu kalian kawan.. :'(

Kawan…
Sudah lupakah kalian akan tali persahabatan…
Tersenyum, menangis, merigis, ampe ketawa seharian…
Semua menyatu bak tasbih yang begitu erat dalam ikatan…

Tidakkah kau ingat akan perjalanan kita kala dulu…
Saat ku bersedih kau selalu hadir menemani rasahku…
Waktu ku gembira kau tak juga telat ikutan nampakkan senyummu…
Kala ku lesu kau mencoba menghiburku…

Namun…
Sekarang terasa berbeda…
Kau nampak menjauh seketika…
Seakan aku punya salah yang begitu kuatnya…
Maafkanlah aku jika semua itu terasa nyata…

Kawan…
Aku rindu saat kita bersama…
Aku kangen saat kita berbahagia…
Aku terbuai saat kita berjuang di kala menderita…

Dimana janji persahabatanmu dulu…
Yang begitu gampang kau ucapkan di bibirmu…
Terasa indah menyentuh kalbuku…
Seakan mencoba menyihirku dengan begitu syahdu…

Tapi kini kau seketika menghilang…
Laksana sang merpati yang ingin terbang…
Meskipun kutahu waktu senja semakin menjelang…
Jangan kau biarkan tali itu putus terbuang…
Hanya sekedar menyisakan sebuah ikatan gamang…

Kawan…
Aku rindu senyumanmu dulu…
Tak terluangkanlah sedikit waktu untukku…
Tuk sekedar terucap di pita suaramu…
Aku rindu sapaamu sahabatku…

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Sahabatku...Meski sapaanmu tlah lama tak ku dengarkan...Namun riang tawamu masih saja mengalir dalam memori otakku...Sahabatku...Meski  sentuhanmu tlah lama tak ku rasakan...namun, riuh lakumu masih saja terbayang dalam dimensi pikiranku...Semoga kau kan lebih bahagia di alam sana...Tak seperti kehidupan dunia yang penuh logika...
Doa sahabat dan orang terdekat selalu di sampingmu...Sahabatku...