Kamis, 15 September 2011

Ukhti Fillah.... Jagalah Izzah dan Iffahmu... ^_^

Bismillah

Dua hal yang harus dijaga oleh seorang Muslimah adalah Izzah dan Iffah....
Izzah adalah Kehormatan perempuan sebagai seorang Muslimah,sedangkan
Iffah adalah bagaimana seorang Muslimah dapat menjaga Kesucian dirinya dengan menjadikan malu sebagai pakaian mereka.saya pernah diskusi dengan seorang Akhwat yang menyatakan bahwa fenomena yang saat ini sedang menggeluti para aktivis dakwah adalah masalah VIRUS MERAH JAMBU !

Bahkan ada Akhwat yang dengan berani menyatakan perasaannya kepada seorang Ikhwan secara gamblangnya.
Padahal Bunda Khadijah ra telah mencontohkan dengan santun bagaimana mengungkapkan perasaannya kepada seorang Muhammad yang notabene secara strata sosial lebih rendah kedudukannya daripada Khadijah.Bagaimana beliau mencontohkan kepada kita semua tentang hakikat menjaga Izzah dan Iffah sebagai seorang Muslimah.

Saya mengungkapkan keresahan hati ini bukan karena saya tidak tahu bagaimana rasanya Jatuh Cinta,justru karena saya pernah jatuh cintalah maka saya ingin berbagi rasa.

"Jika engkau jatuh cinta pendamlah rasa itu dan jangan kau tampakkan.Mohonlah kepada Allah agar menjadi tenang.Jika kau mati dalam keadaan bersabar niscaya kau akan beruntung mendapatka Syurga."(Taman orang orang yang jatuh cinta dan memendam rindu)

Sungguh...

Seorang Akhwat sejati lebih suka apabila seorang Ikhwan benci atau takut padanya karena dianggap keras dan sangar wajahnya...

Dibandingka ia harus menjadi fitnah bagi mereka akibat senyumannya...

Dibandingkan ia harus menjadi penyebab kemaksiatan di hati saudara-saudaranya,akibat terlalu lembutnya suaranya...

Dibandingkan ia harus menjadi penyebab futurnya mereka karena kecrobohan dan kelalaiannya dalam menjaga izzah sebagai seoarng Muslimah.

Afwan...

Itulah prinsipku...

Mungkin caraku dan caramu berbeda...

Sebab pengalaman atas kecerobohanku dulu dan pengetahuan akan begitu buruknya fitnah seorang wanita bagi pria telah memberikan banyak pelajaran berarti padaku tentang pentingnya menjaga Izzah seorang Muslimah...

"Ya Allah.ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketahui,janganlah Engkau menyiksaku karena apa yang mereka ucapkan dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka perkirakan..."(Doa Ali ra)

aamiin Ya Rabby....

Selasa, 13 September 2011

Ku Pinang Kau dengan Syahadat

Wahai saudaraku ….
Andai kau tahu
Debu yang menempel pada kakimu fii sabiilillah 
Dapat menyelamatkanmu dari neraka jahannam
Kenapa kau tinggalkan jihad…??!!


Wahai saudaraku….
Andai kau faham
Sekejap dalam medan jihad
Dapat mengharuskanmu
Menikmati kenikmatan dan keindahan jannatun na'iim
Kenapa memilih selain jihad…??!!

Wahai saudaraku….
Andai kau mengerti
Berak dan kencingnya kudamu fii sabilillah
Bernilai pahala bagimu disisi Robbmu
Kenapa bimbang untuk berjihad…??!!

Wahai saudaraku ….
Andai kau tahu
Timah panas yang mengoyak tubuhmu
Dapat menghantarmu
Memeluk mesra bidadari jelita
Kenapa takut berjihad…??!!

Wahai saudaraku ….
Andai kau faham
Dentuman bom yang mencabik-cabik dagingmu
Dapat menyibukkanmu
Bercanda ria dipangkuan bidadari jelita
Selama berpuluh-puluh tahun tanpa bosan
Kenapa ragu untuk berjihad…??!!

Wahai saudaraku….
Andai kau mengerti
Ledakan mortir yang meremukkan tulang belulangmu
Dapat menghantarmu
Berbaring mesra
Diatas kasur dalam kamar mempelai
Bersama bidadari yang tidak pernah hilang keperawanannya
Kenapa enggan berjihad…??!! 

Wahai saudaraku….
Andai kau faham
Tetesan darah pertama
Yang kau tumpahkan di medan jihad
Dapat menghapuskan semua dosa-dosamu
Tidak ada pilihan lain bagimu selain jihad…??!!

Duhai ……saudaraku …..
Seandainya engkau faham……
Seandainya engkau mengerti……
Seandainya engkau tahu…….
Seandainya engkau berakal…….
Engkau pasti memilih jihad…!!!!!!!!

Sabtu, 10 September 2011

Tokoh yang ku dambakan 2.. ^.^


Dialah Sumayyah binti Khayyat, hamba sahaya dari Abu Hudzaifah bin Mughirah. Beliau dinikahi oleh Yasir, seorang pendatang yang kemudian menetap di Mekah. Karenanya, tidak ada kabilah yang dapat membelanya, menolongnya, dan mencegah kezaliman atas dirinya. Sebab, dia hidup sebatang kara, sehingga posisinya sulit di bawah naungan aturan yang berlaku pada masa jahiliyah.
Begitulah Yasir mendapatkan dirinya menyerahkan perlindugannya kepada Bani Makhzum. Beliau hidup dalam kekuasaan Abu Hudzaifah, sehingga akhirnya dia dinikahkan dengan budak wanita bernama Sumayyah. Dia hidup bersamanya dan tenteram bersamanya. Tidak berselang lama dari pernikahannya, lahirlah anak mereka berdua yang bernama Ammar dan Ubaidullah.
Tatkala Ammar hampir menjelang dewasa dan sempurna sebagai seorang laki-laki, beliau mendengar agama baru yang didakwahkan oleh Muhammad bin Abdullah saw kepada beliau. Akhirnya, berpikirlah Ammar bin Yasir sebagaimana berpikirnya penduduk Mekah. Karena kesungguhan dalam berpikir dan fitrahnya yang lururs, maka masuklah beliau ke dalam agama Islam.
Ammar kembali ke rumah dan menemui kedua orang tuanya dalam keadaan merasakan lezatnya iman yang telah terpatri dalam jiwanya. Beliau menceritakan kejadian yang beliau alami hingga pertemuannya dengan Rasulullah saw, kemudian menawarkan kepada keduanya untuk mengikuti dakwah yang baru tersebut. Ternyata Yasir dan Sumayyah menyahut dakwah yang penuh barakah tersebut dan bahkan mengumumkan keislamannya, sehingga Sumayyah menjadi orang ketujuh yang masuk Islam.
Dari sinilah dimulainya sejarah yang agung bagi Sumayyah yang bertepatan dengan permulaan dakwah Islam dan sejak fajar terbit untuk yang pertama kalinya.
Bani Makhzum mengetahui akan hal itu, karena Ammar dan keluarganya tidak memungkiri bahwa mereka telah masuk Islam bahkan mengumumkan keislamannya dengan kuat, sehingga orang-orang kafir tidak menanggapinya, melainkan dengan pertentangan dan permusuhan.
Bani Makhzum segera menangkap keluarga Yasir dan menyiksa mereka dengan bermacam-macam siksaan agar mereka keluar dari din mereka, mereka memaksa dengan cara mengeluarkan mereka ke padang pasir tatkala keadaannya sangat panas dan menyengat. Mereka membuang Sumayyah ke sebuah tempat dan menaburinya dengan pasir yang sangat panas, kemudian meletakkan di atas dadanya sebongkah batu yang berat, akan tetapi tiada terdengar rintihan ataupun ratapan melainkan ucapan Ahad… Ahad…,beliau ulang-ulang kata tersebut sebagaimana yang dilakukan oleh Yasir, Ammar, dan Bilal.
Suatu ketika Rasulullah saw menyaksikan keluarga muslim tersebut yang tengah disiksa degan kejam, maka beliau menengadahkan ke langit dan berseru:
“Bersabarlah wahai keluarga Yasir, karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah Jannah.”
Sumayyah mendengar seruan Rasulullah saw, maka beliau bertambah tegar dan optimis, dan dengan kewibawaan imannya dia mengulang-ulang dengan berani, “Aku bersaksi bahwa Engkau adalah Rasulullah dan aku bersaksi bahwa janjimu adalah benar.”
Begitulah, Sumayyah telah merasakan lezat dan manisnya iman, sehingga bagi beliau kematian adalah sesuatu yang remeh dalam rangka memperjuangkan akidahnya. Di hatinya telah dipenuhi akan kebesaran Allah Azza wa Jalla, maka dia menganggap kecil setiap siksaan yang dilakukan oleh para taghut yang zalim. Mereka tidak kuasa menggeser keimanan dan keyakinannya ekalipun hanya satu langkah semut.
Sementara Yasir telah mengambil keputusan sebagaimana yang dia lihat dan dia dengar dari istrinya, Sumayyah pun telah mematrikan dalam dirinya untuk bersama-sama dengan suaminya meraih kesuksesan yang telah dijanjikan oleh Rasulullah saw.
Tatkala para taghut telah berputus asa mendengar ucapan yang senantiasa diulang-ulang oleh Sumayyah, maka musuh Allah Abu Jahal melampiaskan keberangannya kepada Sumayyah dengan menusukkan sangkur yang berada dalam genggamannya kepada Sumayyah. Maka terbanglah nyawa beliau yang beriman dan suci bersih dari raganya. Beliau adalah wanita pertama yang mati syahid dalam Islam. Beliau gugur setelah memberikan contoh baik dan mulia bagi kita dalam hal keberanian dan keimanan. Beliau telah mengerahkan segala apa yang beliau miliki dan menganggap remeh kematian dalam rangka memperjuangkan imannya. Beliau telah mengorbankan nyawanya yang mahal dalam rangka meraih keridhaan Rabbnya.“Dan mendermakan jiwa adalah puncak tertinggi dari kedermawanannya.”

Tokoh yang ku dambakan.. ^.^

UMMU KHANSA'




Ada pepatah yang tak asing di telinga kita: :Di belakang tokoh mulia, pasti ada wanita mulia"
Al-Khansa’ bin Amr, sosok wanita mulia itu, adalah salah satunya. Shahabiyah (sahabat wanita Rasulullah SAW.) ini sukses mengantarkan keempat putranya menjadi mujahid sejati, hingga mereka meraih kedudukan paling mulia: menjadi syuhada.

Al-Khansa’ adalah penyair wanita pertama dan utama. Ia penyair dua zaman: zaman Jahiliah dan zaman Islam. Para sejarahwan sepakat bahwa sejarah tak pernah mengenal wanita yang lebih jago bersyair daripada al-Khansa’, sebelum maupun sepeninggal dirinya.

Tatkala mendengar dakwah Islam, al-Khansa’ datang bersama kaumnya, Bani Sulaim, menghadap Rasulullah SAW. dan menyatakan keislaman mereka.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa al-Khansa’ dan keempat putranya ikut serta dalam Perang al-Qadisiyyah. Menjelang malam pertama mereka di al-Qadisiyyah, al-Khansa’ berwasiat kepada putra-putranya:

Anakku, kalian telah masuk Islam dengan taat dan berhijrah dengan penuh kerelaan. Demi Allah Yang tiada tuhan yang haq selain Dia. Kalian adalah putra dari laki-laki yang satu sebagaimana kalian juga putra dari wanita yang satu. Aku tak pernah mengkhianati ayah kalian, tak pernah mempermalukan paman kalian, juga nenek moyang kalian dan tak pernah menyamarkan nasab kalian.

Kalian semua tahu betapa besar pahala yang Allah siapkan bagi orang-orang yang beriman ketika berjihad melawan orang-orang kafir. Ketahuilah, negeri akhirat yang kekal jauh lebih baik daripada dunia yang fana ini. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah dan kuatkanlah kesabaran kalian, tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung (TQS Ali Imran [2]: 200).

Andaikata esok kalian masih diberi kesehatan oleh Allah, maka perangilah musuh kalian dengan gagah berani, mintalah kemenangan atas musuh kalian dari Ilahi.

Jika pertempuran mulai sengit dan api peperangan mulai menyala, terjunlah kalian ke jantung musuh, dan habisi pemimpin mereka saat perang tengah berkecamuk. Mudah-mudahan kalian meraih ghanimah dan kemuliaan di negeri yang kekal dan penuh kenikmatan..

Terdorong oleh nasihat ibunya, esoknya keempat putranya maju ke medan perang dan tampil dengan gagah berani. Mereka bangkit demi mewujudkan impian sang ibunda. Tatkala fajar menyingsing, majulah keempat putranya menuju kamp-kamp musuh. Sesaat kemudian, dengan pedang terhunus, anak pertama memulai serangannya sambil bersyair: Saudaraku, ingatlah pesan ibumu/tatkala di waktu malam menasihatimu/Nasihatnya sungguh jelas dan tegas: majulah dengan geram dan wajah muram/ Yang kalian hadapi hanyalah anjing-anjing Sasan/yang mengaum geram/Mereka telah yakin akan kehancurannya/maka pilihlah kehidupan tenteram/atau kematian penuh keberuntungan.

Ibarat anak panah, anak pertama melesat ke tengah-tengah musuh dan berperang mati-matian hingga akhirnya gugur sebagai syuhada.

Berikutnya, giliran anak kedua maju menyerang sembari melantunkan syair: Ibunda, wanita hebat dan tabah/pendapatnya sungguh tepat dan penuh hikmah/Ia perintah kita dengan cahaya/sebagai nasihat tulus bagi putranya/Majulah tanpa pusingkan jumlah mereka/dan raihlah kemenangan nyata/atau kematian mulia di Surga Firdaus yang kekal selamanya.

Kemudian ia bertempur hingga titik darah penghabisan, menyusul saudaranya ke alam baka, menjadi syuhada.

Selanjutnya anak ketiga ambil bagian. Ia maju mengikuti jejak saudaranya, seraya bersyair: Demi Allah, takkan kudurhakai perintah ibunda/perintah yang sarat kasih dan cinta/Sebagai bakti nan tulus dan kejujuran/majulah dengan gagah ke medan perang/hingga pasukan Kisra tunggang-langgang/atau biarkan mereka terang/bagaimana cara berjuang/Jangan mundur karena itu tanda pecundang/raihlah kemenangan meski maut menghadang.

Kemudian ia terus bertempur hingga terbunuh sebagai syuhada.

Tibalah giliran anak terakhir yang menyerang. Ia maju seraya melantunkan syair: Aku bukanlah anak al-Khansa’ maupun Akhram/tidak juga Amr atau leluhur mulia/Jika tak menghalau pasukan Ajam/melawan bahaya dan menyibak barisan tentara/Demi kemenangan yang menanti dan kejayaan/ataukah kematian di jalan yang lebih mulia.

Ia lalu bertempur habis-habisan. Akhirnya, ia pun gugur, juga sebagai syuhada.

Tatkala mendengar keempat putranya gugur sebagai syudaha, al-Khansa’ malah dengan tenang berkata, “Segala pujian milik Allah Yang telah memuliakanku dengan kesyahidan mereka. Aku berharap kepada Allah agar Dia mengumpulkan aku bersama mereka dalam naungan rahmat-Nya.” (Lihat: Al-Isti’ab fi Ma’rifah al-Ashhab, II/90-91. Lihat juga: Nisa’ Hawl ar-Rasul).


Tentu, lahirnya para mujahid dan para syuhada tak mungkin tiba-tiba. Mereka tercipta melalui proses pendidikan serta pembinaan yang amat panjang, yang penuh dengan kesungguhan dan pengorbanan. Tak lupa, mereka juga adalah produk dari sebuah keteladanan. Al-Khansa’ adalah seorang mujahidah. Wajar jika dari rahimnya lahir pula para mujahid. Wajar pula jika seorang ulama (seperti Imam Syafii) lahir dari ibunda yang juga ulama. Juga wajar jika seorang pengemban dakwah dan pejuang Islam sejati lahir dari ibunda yang sama: ibunda pengemban dakwah dan pejuang Islam sejati. Sudahkah sosok itu ada dalam diri para orangtua, khususnya para ibunda? Jika belum, mungkinkah akan lahir generasi pengemban dakwah dan pejuang Islam sejati; atau akan lahir generasi para ulama besar seperti Imam Syafii; atau akan lahir generasi para syuhada, sebagaimana halnya putra-putra al-Khansa’?

Semoga kita sebagai orangtua, khususnya para ibunda, bisa seperti al-Khansa’: menjadi ummu syuhada’ (ibunda para syuhada). Amin...

Selasa, 06 September 2011

Jalan Cinta kepada sang Khaliq

" Katakanlah : Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku ( Muhammad SAW. ), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu . Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. 3:31)


Segala puji bagi Allah Ta’ala, sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in serta kepada siapa saja yang mengikuti jejak mereka sampai hari Qiyamat.
Nafsu-nafsu syahwat bergelimpangan tercecer terus menerus di televisi dan radio, nyanyian-nyanyian seronok, cerita dan filem bohong dan selera rendah tidak bermutu, adegan haram, aurat terbuka, campur baur laki-perempuan, itu bisa didengar dan dilihat oleh kita. Naudzubillah bila diri kita ikut terjebak di dalam alur syetan macam itu.
Inilah kondisi yang akan membuat hati manusia kotor, seperti cermin bersih yang tercoreng bletok. Sehingga telinga, mata dan hatinya saat ayat Al Qur’an dan hadist ditulis atau dibacakan, hati ber-aksi keras. Matanya hanya bengong, dan hatinya tidak dapat memahami apa yang sudah dibacakan itu tadi. Rasulullah pernah ingatkan, Surga itu dibayang-bayangi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan, sedangkan neraka itu dibayang-bayangi oleh kobaran nafsu syahwat.
Yang parah lagi, jika hati seseorang itu loyo, lemah mental, dalam menghadapi kehidupan, baik berfikir tentang diri sendiri maupun keluarga, apalagi masyarakatnya. Imam Syafi’i berkata, jika anda takut hidup, mati saja. Jika anda takut mati, jangan hidup. Artinya, kalau memang kita ditaqdirkan Allah hidup, pasti Allah tidak membiarkan kita dalam keadaan lapar, pasti dia akan menjamin dan memberi rizki dari arah mana saja Ia datangkan, tapi ingat, itu semua harus lewat usaha. Bukankah Allah telah ingatkan lewat ayat-Nya yang berbunyi, Dan orang yang yakin dan bersungguh-sungguh di dalam JALAN KAMI, pasti akan kami beri dia jalan penyelesaiannya.
Kesempatan kita untuk beramal yang benar dan baik masih ada. Namun aneh, kadang seorang bersikap pura-pura tidak tahu dan tidak dengar, pura-pura lemah, pura-pura sibuk dengan dunianya, sehingga dia betul-betul tenggelam dalam berpura-pura. Tidak jelas dan tidak bisa diambil pijakan bicaranya. Apakah kita ini termasuk orang yang ke-srimpet dalam hal tersebut. Mari kita evaluasi kekurangan diri kita sebelum dievaluasi oleh orang lain.
Betulkah kita ingin masuk surga. Apakah cara masuk surga itu dengan jalan dan cara kita sendiri ? Atau dengan cara-cara yang dibuat oleh hawa nafsu manusia yang berdasar otak dan syahwatnya. Sikap macam apa ini. Surganya siapa memang. Memang surganya sendiri ? Surga adalah milik Allah Ta’ala, maka jika seseorang ingin masuk ke dalamnya, ia harus mengikuti tata - cara-Nya. Siapa ingin masuk surga ia harus CINTA kepada Allah.
Ibnu Umar berkata : mengenai ayat di atas, Rosulullah bersabda bahwa seorang mukmin tidak akan bisa sempurna imannya sampai ia menuundukkan hawa nafsunya, kemudian mengikuti apa yang datang darinya. ( Al Qur’an dan As-Sunnah )
Abu Darda' berkata : maksud mengikuti Rasul di dalam ayat tersebut adalah ikut di atas kebajikan, taqwa, tawadhu' dan rendah diri di kalangan mukminin, secara teori maupun prakteknya.
Al Hasan dan Ibnu Juraij berkata : suatu ketika orang-orang berkumpul dan mengaku bahwa dirinya adalah mencintai Allah dengan berkata, " Kami cinta kepada Rab kami," lalu turunlah ayat tersebut di atas. Allah hendak menguji ucapan-ucapan yang mereka lontarkan. Kemudian para Sahabat benar-benar mengikuti Rasulullah lewat amalannya setelah pengakuan lisannya. Dalam riwayat yang lain Al Hasan mengutip sabda Nabi, Siapa benci terhadap Sunnahku, maka ia bukan dari ummatku. Kemudian Nabi membacakan ayat tersebut.
Sahal bin Abdillah berkata : Tanda cinta Allah adalah cinta Al Qur’an, tanda cinta Al Qur'an adalah cinta Nabi, tanda cinta Nabi adalah cinta Sunnah-nya, tandanya cinta kepada Allah, Al Qur’an, Nabi dan Sunnahnya dia berarti cinta kepada Akhirat, tanda cinta akhirat berarti cinta dirinya sendiri, tanda cinta diri sendiri adalah hendaklah ia jauhi dunia, tanda jauhnya dari dunia adalah ia mengambil darinya hanya sekedar bekal hidup atau penegak tulang rusuk agar kuat dan sempurna ibadahnya.
Al Maroghi berkata : Sesungguhnya cara mencintai Allah adalah dengan mengikuti Rasulullah, dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan yang telah dibawanya, dengan demikian seseorang akan mendapat ampunan dari Allah atas dosa-dosanya.
Ibnu Katsir berkata : ayat tersebut untuk memberikan raport kepada orang-orang yang mengaku dirinya cinta kepada Allah dengan raport yang bohong/dusta atas dirinya, kecuali kalau pengakuannya itu dibarengi dengan mengikuti Al Qur'an dan As-Sunnah yang terwujud lewat perkataan dan perbuatannya sebagaimana sabda Rasul : Siapa yang beramal tanpa ada dasar dari kami, maka tertolaklah amalanya.
Maka jujurlah sikap seorang mukmin, ucapanya sesuai dengan hati dan anggota badannya. Jika seseorang mengaku dirinya mukmin, tiga point tersebut merupakan refleksi pola hidupnya. Sehingga betul-betul bermutu tinggi dan kesatria tindakannya.
PERINGATAN DIRI DAN KELUARGA
1. Jika jiwa seseorang masih tertempel kotoran amal / dosa, mana mungkin dia akan sampai cintanya kepada Allah. Kalau begitu, cinta berarti masih kepada hawa nafsu.

2. Sudahkah kita betul-betul cinta kepada Allah ? Atau kita masih lebih cinta/condong kepada hal-hal yang berselera rendah, dasar-dasar pola pikir manusia, baik dari segi obrolan, pendengaran ataupun rutinitas hariannya ? Jawabnya adalah terletak dalam diri masing-masing.
Surga harus diraih dengan jalan cinta kepada Allah. Cinta kepada Allah tidak akan sampai, kecuali dengan cinta / mengikuti Rasulullah SAW. Cinta, pasti ada pengorbanan. Dalam hal ini, hawa nafsu, sikap ego, seenaknya sendiri, harus dikorbankan dan diredam demi cintanya kepada Allah SWT. Kemudian tunduk dan patuh kepada aturan-aturan Allah dan Rasul-Nya.
[ Lihat Tafsir Al Qur’anul Adhim 1/358. Ruhul Ma’ani, 2/129. Al Qosimi, 4/84. Al Jami liahkamil Qur’an, 4/59. Jamiul Bayan, 3/232. Ad-Durrul Mantsur, 2/177. Al Usus Fie Tafsir, 2/733. Taisir Ali Al Qodir,1/265. Fathul Qodir,1/419. Al Kasy-Syaf, 1/319. Bada’iut Tafsir Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah, 1/497. Al Manar, 3/284 ]