Sabtu, 04 Juni 2011

Kenapa sihh Kita harus Berdo'a

 adalah Tuhan kita satu-satunya.  pun dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa “ adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu” (QS 112:2). Dalam surat al-Fatihah kita pun berseru, “Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in” (Hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan hanya kepada-Mulah kami  pertolongan). Karena itu, kalau ada orang yang mengaku bahwa  itu Tuhannya lalu ia tak mau berdo’a maka pantas kalau kita sebut orang tersebut orang sombong. Bukankah  telah berfirman, “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (QS 40:60).
Betulkah setiap do’a akan dikabulkan oleh Allah? Boleh jadi ada diantara kita yang telah berdo’a sesuatu tak kita rasakan l dari do’a tersebut. Pertama, harus disadari bahwa kita ini “hamba” sehingga tak berhak memaksa . Kita yang membutuhkan ; bukan sebaliknya.
Kedua,  lebih tahu apa yang terbaik buat kita. Boleh jadi, sebuah do’a yang kita  bila dikabulkan oleh  justru ujung-ujungnya dapat menimbulkan kesulitan dalam hidup kita atau mungkin  punya ketentuan lain yang tak kita ketahui. Sebagai contoh, Nabi Nuh berdo’a agar anaknya diselamatkan daribanjir dahsyat, Tuhan tidak mengabulkannya dan bahkan menegur Nabi Nuh sehingga Nabi Nuh pun berdo’a: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakekatnya) dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh  kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang .” (QS 11: 47) h Maha tahu, maka do’a kita kadang kala bukan tak dikabulkan tapi ditunda waktunya, atau malah diganti dengan yang lebih baik. Wa Allahu A’lam.
Ketiga, sudah seberapa jauh usaha kita untuk “meminta” dan “memelas” pada Nabi Zakariyasendiri telah puluhan tahun berdo’a  belum dikabulkan . Tapi berbeda dengan kita yang cenderung tak sabar Nabi Zakariya berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah  dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada Engkau, ya Tuhanku.” (QS 19:4)
Begitulah sikap kita seharusnya: jangan pernah kecewa dalam berdo’a. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa “Aku ini bagaimana persangkaan hambaKu saja…” Maksudnya, kalau kita dalam berdo’a belum-belum sudah beranggapan bahwa do’a ini tak akan dikabulkan, yah begitulah jadinya. Insya  kita selalu berbaik sangka dan tak pernah kecewa dalam berdo’a.
Dalam berdo’a kita diminta untuk berharap-harap cemas (QS 21:90). Artinya, kita berharap do’a kita akan dikabulkan,  disisi lain kita juga cemas kalau-kalau do’a ini tidak dikabulkan. Gabungan perasaan inilah yang menjadi etika dalam berdo’a. Kita tidak terlalu yakin pasti akan dikabulkan,  juga tidak putus asa. Etika lainnya adalah kita disuruh berdo’a dengan merendahkan diri dan dengan suara yang lembut (QS 7:55). Kalau kita jalani etika berdo’a ini insya  hati kita akan tergetar dan seringkali tanpa sadar air mata menggantung di pelopak mata.
Pendek kata, berdo’alah baik dalam keadaan sehat-sakit, suka-duka, kaya-miskin, berdiri-duduk-berbaring, pagi-siang-malam…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar